Iklan dewan

Awaslu VS Egoku

REDAKSI
Sabtu, 29 Juni 2024, Juni 29, 2024 WIB Last Updated 2024-06-29T09:44:41Z

 Awaslu VS Egoku

Ilustrasi.

Matakita.com, Opini- Alkisah seorang pemuda, berhidung pesek tapi tidak jelek bernama Awaslu.


Pemuda ini juga hidup di lingkar keluarga kerajaan, Awaslu aktif sebagai pemerhati sosial dan budaya di wilayah sekitar kerajaannya, ya namanya pemerhati ya masih memperhatikan saja dia masih menahan diri untuk aksi.


Kesehariannya sederhana dan dia gemar berdialektika dengan masyarakat di sekitar kerajaan.


Sesekali juga Awaslu pergi ke kerajaan-kerajaan di luar negerinya untuk sekedar melepas penat dan membuka cakrawala dalam bingkai kebebasan imajinya.


Awaslu ini sebenarnya juga hidupnya biasa saja, lebih tepat disebut orang pinggiran. 


Sempat ditawari menjadi dewan direksi sebagai JASA menghantar Raja berkuasa tapi enggan masuk kelingkar kerajaan, karena dirinya PAHAM PERSIS watak si Raja yang bernama EGOKU itu seperti apa dan lagi dia ikut menghantar Raja karena tidak ada pilihan lain bukan karena sudah pas betul, hawatir tidak lagi merdeka dan malah seteru jika masuk Awaslu menolak halus.


Karena menurut Awaslu Anggaran Dasar yang dipegang teguh oleh Raja Egoku ini ada 3 Pasal :


1. Kebenaran Bersumber Dari Raja

2. Musuh Raja Adalah Musuh Bersama

3. Memusuhi Kerajaan Maka Menderita

Ketiga inilah pakemnya Raja Egoku.


Raja yang ini juga gemar memposisikan diri sebagai Raja yang teraniaya, saat butuh simpati dari Rakyat Raja Egoku selalu tampil seperti seorang kesatria yang dikepung oleh musuh-musuhnya sehingga harus dibantu oleh rakyat.


Raja Egoku ini juga selain semau-mau PASAL SATU dia juga seorang pendedendam, siapa saja rakyat yang membantah akan dicari celah untuk mengebiri kehidupan sosialnya.


Ya seperti kebiasaannya, tampil kesatria saat bicara di muka umum dan nadanya tinggi, saat duduk semeja dia menghasut.


Dengan memposisikan diri sebagai kesatria yang banyak musuhnya dia mempengaruhi rakyat disekitar untuk mendukungnya, ya UNTUK SEMENTARA rakyat banyak percaya karena tidak mengerti dan tidak tahu betul watak Raja dan permasalahanya.


Pada suatu ketika Awaslu ini bertugas memimpin satu lembaga untuk memastikan agar pemilihan dewan wakil penjuru di Wilayah Negeri  berlangsung adil, Awaslu ini dipercaya karena dianggap berpengalaman dan tanpa tedeng aling-aling.


Karena menurut Awaslu ada Tiga Anggaran Dasar yang harus dia pegang terus :

1. Kebenaran Itu Bersifat Mutlak

2. Sumber Kebenaran Adalah Kebenaran

3. Setiap Orang Ada Benarnya Setiap Benar Ada Orangnya 

Ini pakemnya si Awaslu.


Nah pada suatu hari saat pemilihan dewan wakil penjuru berlangsung, Awaslu ini menemukan kesalahan si Raja dan memanggil lalu memprosesnya lalu memberitakan peristiwa itu kepenjuru negeri.


Raja sontak marah dan malu, Raja mengancam akan melabrak kantor Awaslu lewat surat yang dikirim kerekan-rekan Awaslu. Awaslu tahu, tapi pura-pura goblok aja karena malas menanggapi.


Satu ketika rekan Awaslu bertanya;

" bagaimana Ketua, ini kita dipanggil menghadap Raja..


Awaslu kaget bertanya,


" apa kodrat iradatnya manggil kita, untuk keperluan apa dia manggil kita?

Rekannya lalu menjawab,


" yaa katanya mau klarifikasi soal pemberitaan media Ketua, katanya minta dihapus dan menghadap keRaja langsung..

Dengan gayanya yang juga punya sedikit piil Awaslu menjawab santai;


" heh heh heh,, hebat betul si Raja itu, jadi sudah kita panggil dia sekarang dia mau panggil kita begitu?? ini negeri kok panggil-panggilan, JANGAN !!!


"tegas Awaslu pada rekannya... Awaslu Menolak Goblok Apalagi Tunduk !!!


Karena dianggap jadi biang keladi penyebab malunya Raja, Awaslu dimusuhi. Ya seperti kebiasaannya, si Raja ini kalau sudah tidak suka ya dendam dan tampil sebagai orang teraniaya.


Integritas Awaslu mulai digoyang oleh si Raja, bukan pada orang-orang dekat Raja saja tapi bahkan sampai orang-orang dekat Awaslupun dipengaruhi Raja. lagi-lagi sebenarnya Awaslu tahu, tapi pura-pura begok aja.


Dan lagi sebenarnya Awaslu ini bukan cuma sekali coba ditarik batang hidungnya oleh si Raja ini, sebelumnya sudah sering.


1. Tahun 218 juga saat penunjukan Raja Tingkat Wilayah Awaslu sudah mulai diintervensi dan tidak mempan.


2. Tahun 220 saat penunjukan Raja Tingkat Kota, si Raja merubah cara dari menekan keminta tolong. Awaslu juga menolak. Gimana gak kesel tuh Raja !!


3. puncaknya ya di Tahun 224 saat pemilihan dewan wakil penjuru.


Sebenarnya Awaslu adalah salah satu potret Proletarian di negeri ini.


Dia diam saja tidak terlalu menanggapi, karena masih banyak orang bodoh belum mengerti.


Menurut Awaslu kebenaran itu seperti mata air yang akan menemukan jalannya sendiri.

Jika terburu-buru melawan, dia akan dianggap memotong jari di pahanya sendiri, padahal sejatinya yang sering memotong jari di paha sendiri itu ya si Raja. cuma karena merasa teraniaya ya orang percaya.


Walaupun sebenarnya jika Awaslu membalas, maka yang terpotong adalah arogansi dan kekuasaan itu sendiri.


Tapi Awaslu biarkan saja mengalir, menurutnya Kepalsuan Akan Terungkap Oleh Kebenaran Itu Sendiri.


Bersambung .....

Komentar

Tampilkan

  • Awaslu VS Egoku
  • 0

Terkini